Di tengah hadirnya teknologi digital yang berkembang pesat, termasuk kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI), braille sebagai sistem penting bagi tunanetra menghadapi sejumlah tantangan tambahan.
Pertama, semakin meluasnya teknologi layar visual dan suara sintetis dapat mengarah pada kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya braille. Dengan AI yang mampu menyediakan pengalaman audiovisual yang lebih halus dan intuitif, orang mungkin cenderung mengandalkan layar visual dan suara sintetis daripada braille, yang dapat mengurangi minat dan dukungan terhadap pengembangan dan pemeliharaan braille.
Kedua, meskipun ada kemajuan dalam teknologi aksesibilitas seperti braille display dan perangkat lunak pembaca layar, biaya dan ketersediaan teknologi tersebut masih menjadi tantangan besar bagi banyak tunanetra. Selain itu, meskipun AI dapat memperkaya aksesibilitas dengan terjemahan teks ke suara atau braille secara real-time, tantangan ketersediaan dan biaya tetap ada.
Ketiga, kurangnya konten digital yang dirancang dengan memperhatikan pembaca braille juga merupakan tantangan. Konten digital yang tidak terstruktur atau gambar yang tidak dijelaskan dengan baik dapat menyulitkan penggunaan braille dalam mengakses informasi online.
Keempat, perkembangan teknologi AI dapat menciptakan tantangan baru dalam hal kompatibilitas dan integrasi dengan perangkat braille. Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan adaptasi yang signifikan untuk memastikan bahwa teknologi AI dapat bekerja dengan sistem braille secara efektif.
Kelima, tantangan budaya dan sosial juga dapat mempengaruhi adopsi dan penggunaan braille. Dalam budaya yang semakin mengarah pada penggunaan layar visual untuk interaksi dan komunikasi, penggunaan braille mungkin dianggap kuno atau tidak relevan oleh sebagian orang.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, perlu dilakukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya braille dalam kehidupan tunanetra. Pendidikan tentang braille juga harus diprioritaskan, termasuk dalam kurikulum pendidikan khusus, untuk memastikan bahwa keterampilan ini dijaga dan diteruskan kepada generasi yang akan datang. Upaya kolaboratif antara industri teknologi, pembuat kebijakan, dan komunitas tunanetra juga sangat penting untuk mengembangkan solusi yang memenuhi kebutuhan pengguna braille dalam dunia digital yang terus berkembang.